Rumah Limas
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Sumatra Selatan. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat-tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.Rumah Limas Sumatera Selatan |
Bahan rumah
Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tahan air. Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah, terutama dinding dan pintu diberi ukiran.Penyebaran
Di Indonesia, rumah limas banyak terdapat didaerah Sumatra Selatan. Sedangkan di Malaysia, rumah limas banyak terdapat di Johor, Selangor dan Terengganu. Kebanyakan rumah limas Johor memiliki kolong, yaitu bagian bawah rumah berpagar dimana fungsinya untuk tempat menyimpan barang. Rumah limas seperti ini biasanya dikenal sebagai rumah baju kurung.(wiki)Arsitektur
Bentuk rumah Rumah Limas terdiri dari bentuk ruang persegi dan persegi panjang dengan arah hadap rumah ke timur dan barat atau dalam falsafah disebut menghadap ke arah Matoari eedoop dan mato ari mati. Dalam pemahaman kalangan masyarakat Palembang, mato ari eedoop berarti “matahari terbit” atau secara filosofi diartikan sebagai “awal mula kehidupan manusia”. Sementara mato ari mati jika diterjemahkan secara leksikal berarti “matahari tenggelam” dan dalam artian lain bermakna sebagai tanda dari “akhir kehidupan atau kematian”. Secara personal, sebagai pengingat siklus kehidupan manusia dari lahir hingga mati. Jika dilihat dari tata letak ruang penandaan arah tersebut menunjukkan adanya pembagian bangunan depan dan belakang.Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang yang terbuat dari jenis kayu unglen yang berjumlah 32 buah atau kelipatannya. Rumah limas Palembang merupakan rumah panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang positif untuk kegiatan sehari-hari. Ketinggian lantai panggung dapat mencapai ukuran 3 meter. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua tangga kayu dari sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis dibalik pagar kayu itu adalah untuk menahansupaya anak perempuan tidak keluar rumah.
Pada bagian lantainya dibuat bertingkat-tingkat atau biasa disebut kekijing dengan menggunakan kayu jenis tembesu yang berbentuk papan (persegi panjang) disusun secara horizontal menurut besaran masing-masing ruang. Sementara pada dinding Rumah Limas dibuat dari kayu jenis merawan yang berbentuk papan, dengan cara penyusunan dan besaran yang sama dengan papan pada lantai.
Pada bangunan depan Rumah Limas Palembang terdapat Jogan, Ruang kerja, Gegajah Pada ruangan ini terdapat Amben (Balai/tempat Musyawarah) yang terletak lebih tinggi dari lantai ruangan (+/- 75 cm). Ruangan ini merupakan pusat dari Rumah Limas digunakan saat pemilik rumah menggelar hajatan, upacara adat, kenduri atau pertemuan-pertemuan penting, interaksi kehidupan sosial serta dekorasi. Sebagai pembatas ruang terdapat lemari yang dihiasi sehingga show/etlege dari kekayaan pemiliki rumah.
Pangkeng Penganten, (bilik tidur) terdapat dinding rumah, baik dikanan maupun dikiri. Untuk memasuki bilik atau Pangkeng ini, kita harus melalui dampar (kotak) yang terletak di pintu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan rumah tangga. Berikutnya adalah ruang Kepala Keluarga, Pangkeng Kaputren adalah kamar anak perempuan, Pangkeng Keputran adalah kamar anak laki-laki, Ruang Keluarga, dan Ruang Anak Menantu. Semetara pada bagian belakang terdiri dari Dapur atau pawon, Ruang Pelimpahan, dan Ruang Hias/Toilet. Pembagian ruang secara fisik berfungsi batasan aktivitas yang berlangsung di rumah berdasarkan tingkat keprivasiannya.
Secara personal, sikap pribadi masyarakat Palembang menjunjung tinggi kehormatan laki-laki dan wanita. Dan secara sosial, menunjang citra diri kebudayaan Palembang yaitu dengan menjunjung tinggi norma-norma adat yang berlaku di masyarakat. Bentuk rumah yang luas merupakan gambaran kondisi sosial budaya masyarakat Palembang yang menjunjung tinggi sifat kebersamaan dalam bentuk gotong royong.
Namun demikian, dengan bentuk ruang dan lantai berkijing-kijing pada rumah Limas, manandakan bahwa rumah limas memiliki tata aturan sosial yang rapi. Tempat duduk para tetamu pada saat sedekah/kenduri seolah sudah ditentukan berdasarkan status tamu tersebut. Para ulama, pemuka masyarakat, saudagar duduknya pada tempat kijing yang tinggi sedangkan yang lain menyesuaikan diri dengan kedudukannya. Apabila dilanggar maka orang tersebut menjadi kaku, karena rasa segan/canggung ataupun rasa takut dan malu. (rumah adat)
0 komentar:
Posting Komentar